Jurnal Pembangun Sebuah Dinasti

bantu aku, sus

Posted in Uncategorized by dewey setiawan on 08/30/2006

kamu tahu, sus, aku tak pernah meminta apa-apa darimu. sudah 11 tahun kutinggalkan rumahmu yang bising seperti tempat lelang ikan. bahkan dalam kengerian yang paling merah aku tak pernah berpaling kembali.

kuhabiskan sebagian besar waktuku meragukan kamu dan sebagian kecilnya berterima kasih. aku tak pernah meminta namun kau selalu menyediakannya. apalagi yang harus kulakukan? semoga aku selalu bisu dalam permintaan namun bising dalam berterima kasih.

tapi kali ini aku harus membuka mulutku. bukan untuk aku. tapi untuk dia. peluk dia dalam keselamatan. aku yakin kamu akan menyukainya. kalian berdua mempunyai hal yang sama. paling tidak untukku.kau tahu ke mana larinya roti yang kaupecah-pecahkan itu? aku melihatnya nyalang di dadanya.

berkenalanlah dulu. kemudia jaga.

yang sudah terjadi

Posted in Uncategorized by dewey setiawan on 08/25/2006

dengan apakah seorang pria berdamai dengan kejadian buruk yang terlanjur terjadi? bukan, bukan dengan belajar menerima kenyataan. sudah kucoba dan yang kudapat hanya sayatan-sayatan yang makin dalam. tidak, aku tak mampu berdiam diri menunggu pagi menghapusnya. satu pagi, satu garis luka. aku tak sesabar itu. atau menunggu hatiku membatu, membesi, membaja atau mentitan. qku tak yakin aku berbakat menjadi orang tangguh.

harus ada yang bisa kulakukan untuk mempercepat penyembuhan. setelah apa yang kulewati, pada akhirnya aku menemukan bahwa satu-satunya cara untuk menyembuhkan luka adalah melampauinya. melukakan yang belum luka. bayangkan ketika semua adalah luka…bayangkan saja, terus bayangkan saja. bayangkan saat semuanya adalah luka. tidakkah dia berubah menjadi kebiasaan? bahkan kerutinan? seperti halnya sarapan pagi? atau sebuah sore dengan secangkir kopi?

bermain

Posted in Uncategorized by dewey setiawan on 08/18/2006

karena sebab yang begitu banyak namun terjadi hanya dalam dua pukulan bulan, aku berfikir sudah tiba saatnya aku berhenti bermain. tapi setelah kupikir-pikir apakah mungkin memisahkan seorang pria dengan permainan. no chance. pria, setua apapun dia, adalah pemain-pemain yang antusias. jadi lebih baik kukatakan sudah tiba saatnya aku mencari permainan baru.

permainan baru ini harus sober. tapi tetap fun. tetap menyimpan kejutan-kejutan. ada histeria. ada tawa. ada tangisan. tapi dikit aja, ya?! yang lebih penting lagi permainan kali adalah permainan tim. bukan satu lawan satu kaya kemaren. kamu jadi partnerku. kamu bukan lagi musuhku seperti yang dulu-dulu. kita punya musuh bersama. musuhnya tangguh banget. kalo nggak gitu, nggak asyik, khan? namanya nasib buruk…hehehe.

ada ide lain untuk membikinnya lebih menarik, sayang?

tulang dewa

Posted in Uncategorized by dewey setiawan on 08/02/2006

kata ini begitu memukauku. sampai sekarang aku masih merasa menggelembung setiap mengucapkannya. kali pertama kudengar dari mulut tanteku yang lagi curhat ke ibuku. seperti biasa, mereka mengawali pertemuannya dengan saling bertukar cerita sedih mereka yang termutakhir. lalu lama kelamaan cerita-cerita sedih masa lalu dikorek-korek sampe abis dari kuburnya. seolah-olah mereka berebut terlihat paling sengsara. kalian tahu kenapa? biar kelihatan paling hebat; kelihatan paling tahan banting; kelihatan paling beruntung (karena bisa bertahan dari pencobaan yang demikian menyedihkan)…hehehe…

nah, sesudah menyelesaikan semua ceritanya dan menunjukkan betapa beruntungnya dia, tanteku, masih dengan sesenggukan, bergerak ke pemujaan diri yang lebih subtil…hehehe….dia berkata sebenarnya tidak begitu mengherankan jika dia selalu bisa lolos meskipun dikepung marabahaya. suatu saat dia pernah ke pulau bangka, asal suaminya. di sana khan banyak orang cina. budaya cina masih kuat dipegang. banyak kelenteng-kelenteng. dan tidak lupa masih banyak suhu-suhu.

nah, suatu saat tanteku ini pergi ke salah seorang suhu untuk berkonsultasi soal utang-piutang. ada langganannya yang kebetulan mangkir bayar utang. kata si suhu tanteku tidak perlu khawatir. apapun yang terjadi, pada akhirnya tanteku akan mendapatkan apa yang dia inginkan, karena, kata si suhu, aku quote verbatim di sini, “kau mempunyai tulang dewa”.

shwangar…hehehehe…

apakah aku juga mempunyai tulang dewa, setelah apa yang terjadi, setelah deraan kereta masalah, setelah kebetulan-kebetulan yang tak mampu kujelaskan? mungkin juga…hehehe….mudah-mudahan….hihihihhi. tapi sebetulnya jika boleh memilih, aku ingin mempunyai tulang dewi.

ah, aku baru ingat sisi feminaku.